Tradisi Munggah Molo Masih Dilestarikan Bupati Ponorogo

Tradisi Munggah Molo bersama Bupati Ponorogo Ipung Muchlissoni

Liputanjatim.com – Masyarakat Ponorogo masih menjaga tradisi Munggah Molo sebagai pertanda bahwa sebuah bangunan akan segera selesai. Tradisi yang berasal dari leluhur jawa tersebut diselenggarakan dalam rangka pembangunan Pasar Legi Ponorogo.

Munggah Molo yang berarti menaikkan atap tersebut digelar dengan memasang sesaji sebagai rasa wujud syukur kepada tuhan.

“Melalui upacara adat ini kita memohon doa kepada Allah agar bangunan Pasar Legi Ponorogo bisa benar-benar kokoh. Kokoh secara fisik, juga kokoh dalam mensejahterakan Ponorogo dan warganya,” ungkap Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni kepada wartawan, Rabu (5/8/2020).

Di dalam sesajen tersebut juga ada kendi berisi kembang, paku emas, jajanan pasar dan perlengkapan lainnya. Diawali dengan pennyiraman air kembang di tiang besi, kemudian dilanjutkan dengan menancapkan paku emas di tiang tersebut.

Dipilihnya hari ini, menurut Ipong, karena memiliki hitung-hitungan yang tepat menurut kalender Jawa. Sehingga, diharapkan dapat memberikan kesejahteraan kepada masyarakat Ponorogo.

“Dipilihnya 5 Agustus karena hari ini wukunya tolu, artinya wahyu dadi, jam 6 hingga 8 itu artinya banyak rezeki. Jam 9 hingga 10 artinya wibowo, jam 10 hingga 12 ini artinya guyub rukun sehingga saya pilih acara mulai jam enam. Dimulai dengan khataman al Quran, dilanjutkan menyiram molo, memasang paku dan menaikkannya,” jelasnya.

Selain itu, dengan adanya Munggah Molo menandakan bahwa atap dalam waktu dekat akan naik. Pembangunan lanjutan Pasar Legi bagian dalam bisa berjalan lebih cepat.

“Dengan naiknya molo ini, berarti struktur sudah selesai 100 persen,” tambahnya.

Sehingga, target pengerjaan bangunan yang selesai pada 31 Desember segera rampung. Karena tinggal penyempurnaan interior dan eksterior serta mechanical engineering.

Tidak hanya itu saja, bangunan ini disebut-sebut sebagai gedung hijau. Sebab dilengkapi dengan pencahayaan dan sirkulasi udara yang memadai.

“Selanjutnya tinggal finishing saja. seperti memperhalus tembok, pekerjaan kelistrikan, pengecetan dan sebagainya. jadwalnya selesai 31 Desember dan saya yakin itu bisa dipenuhi,” pungkasnya.

Untuk diketahui, anggaran pembagunan kembali Pasar Legi mencapai Rp 180 miliar. Sebanyak 95 persen anggaran berasal dari APBN dan sekitar 4 persen dari APBD Kabupaten Ponorogo.

Anggaran dari APBD Ponorogo akan dibelanjakan untuk pengadaan genset dan cool storage atau pendingin raksasa untuk para pedagang daging dan ikan basah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here