Liputanjatim.com – Kasus yang menimpa Bank Jatim, terutama persoalan kredit fiktif terus menjadi perhatian serius DPRD Jawa Timur. Meski proses hukum masih berjalan, Dewan menyoroti dampaknya terhadap kinerja dan kredibilitas bank milik daerah tersebut, terutama menjelang pemilihan Direksi dan Komisaris baru melalui Panitia Seleksi (Pansel).
Namun, upaya untuk membenahi Bank Jatim menghadapi berbagai tantangan. Anggota Komisi C DPRD Jatim Multazamudz Dzikri mengungkapkan bahwa Ketua Pansel Bank Jatim, Prof Muhammad Nuh kembali tidak hadir dalam agenda penting yang dijadwalkan bersama Komisi C DPRD Jatim. Ini merupakan kali kedua Ketua Pansel mangkir dari undangan bersama para dewan.
“Kita sudah dua kali untuk memanggil jajaran tim sel Prof. Nuh terutama, karena selama ini yang menjadi komandan lalu berstatement di media adalah Prof. Nuh,” kata Multazam, Jumat (16/5/2025).
Multazam mengatakan, kehadiran Prof Nuh sangat krusial, bukan hanya untuk menjawab pertanyaan publik, tetapi juga untuk memastikan proses seleksi berjalan sesuai prinsip akuntabilitas. Apalagi, figur Prof Nuh sebelumnya juga pernah terlibat sebagai tim seleksi dalam periode direksi saat ini yang tengah disorot.
“Tadi kita bersama dengan tim Komisi C merumuskan beberapa persoalan, yang satu berkaitan dengan mempertanyakan soal independensi tim sel, karena ini kan landasan hukumnya sudah ada,” kata dia.
“Prof. Nuh ini kan diprioritas sebelumnya juga tim sel yang hasilnya semacam ini kan, begitulah kira-kira,” tambahnya.
Politisi PKB ini menuturkan, hingga saat ini pihak Tim Pansel Bank Jatim belum juga menyetorkan siapa saja nama-nama yang telah mendaftar sebagai jajaran direksi dan komisaris Bank Jatim. Padahal kabarnya sudah banyak yang mendaftar, tentu hal ini menimbulkan pertanyaan anggota Komisi C. Apakah ketidak hadiran Prof Nuh hanya alibi atau tidak?
“Sampai hari ini apakah jajaran direksi
dan komisaris yang hari ini menjabat
ikut daftar juga atau tidak? Kita juga belum tahu karena datanya juga belum ada, belum bisa disampaikan dan diberikan kepada kita di komisi C, sehingga itu menjadi pertanyaan kita semua,” tuturnya.
Politisi yang berangkat dari dapil Pasuruan-Probolinggo ini mengatakan, pentingnya kehadiran Tim Pansel karena pihaknya ingin memastikan bahwa proses seleksi tidak hanya menjadi formalitas semata. Pemilihan direksi dan komisaris harus menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni, berintegritas, dan mampu menjawab tantangan perbankan ke depan.
“Kita bisa memberikan masukan-masukan kepada tim sel juga. Artinya masukan ini bukan dalam rangka mengintervensi timsel untuk menentukan siapa yang akan dipilih, kita ingin memberikan masukan agar yang dipilih ini benar benar SDM yang layak, tidak ada titipan-titipan dan tidak ada keterkaitan antara orang dalam. Misalnya kedekatan dengan timsel atau dan lain sebagainya,” pungkasnya.