Dispendik Jatim Akan Tambah Kouta Simulasi Tatap Muka Pada Jenjang SMK

Kepala Dispendik Jatim Wahid Wahyudi

Liputanjatim.com – Dispendik Jatim akan segera mengevaluasi kouta simulasi tatap muka pada jenjang SMK seiring tidak adanya status zona merah pada kabupaten dan kota se Jawa Timur. Hal ini dilakukan Dispendik Jatim untuk mengefektifkan Kegiatan Belajar Mengajar kembali yang sempat dilakukan secara daring gegara Covid-19.

“Sebenarnya sejak 18 Agustus kita melakukan uji coba pembelajaran tatap muka. Sifatnya simulasi karena masih ada surat edaran dari 4 kementrian. Simulasi saat ini masih berada pada angka 25 persen bagi SMK se Jatim. Ini saatnya kita evaluasi untuk tingkatkan jumlah pembelajaran tatap muka,” kata Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi di Gedung Negara Grahadi, Selasa (13/10/2020).

(Baca Juga: https://www.liputanjatim.com/unair-kukuhkan-guru-besar-biofisika-untuk-pertama-kalinya/)

Wahyudi membeberkan, proses belajar mengajar pada tingkat SMK perlu tingkatkan. Hal ini karena banyak praktik-praktik yang tidak bisa secara daring. Seperti siswa dengan jurusan mesin dan tata rias.

“Sulit, masak belajar rias dengan zoom, pasti susah. Termasuk siswa jurusan mesin, masak misal ngelas melalui online,” jelas Wahyudi.

Untuk itu, Wahyudi mengizinkan SMK yang berada pada zona kuning untuk melakukan simulasi belajar tatap muka.

“Kalau praktik, zona kuning silakan. Karena gak mungkin SMK praktik secara online,” papar Wahyudi.

Sementara untuk tingkat SMA, pihaknya akan mengavaluasimya. Karena masih terganjal dengan SE dari 4 kementrian.

“Sifarnya sama masih simulasi. Karena ada SE itu,” jawab Wahyudi.

Pembelajaran via daring, menurut evalusia lembaganya, selama 7 bulan pandemi daya tangkap siswa menjadi kurang optimal. Terkhusus untuk mata pelajaran tertentu.

“Karena dari evaluasi yang kita lakukan, (pembelajaran) jarak jauh belum optimal. Sehingga mutu pendidikan selama pembelajaran jarak jauh dalam 7 bulan ini merosot tajam. Termasuk daya tangkap siswa karena belum terbiasa belajar daring, daya tangkap siswa rendah seperti mata pelajaran matematika, fisikan dan kimia,” papar Wahyudi.

Kurang optimalnya pembelajaran secara daring akibat oleh keterbatasan sarana pra sarana. Seperti daerah yang koneksi internetnya kurang baik hingga siswa yang tidak memiliki hp android.

Wahyudi berharap surat edaran dari kementrian bisa segera evaluasi sesuai keadaan saat ini. Ia menambahkan, akan segera mengevaluasi bersama dinas pendidikan kabupaten/kota untuk rencana penambahan kouta sekolah tatap muka.

“Kami berharap coba evaluasi SE itu. Karena yang terbaik itu Covid-19 bisa kendalikan, ekonomi dan pendidikan tetap berjalan. Sepanjang kita bisa menerapkan protokol kesehatan, kita akan lakukan uji coba itu,” pungkasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here