Tukang Ojek Desa Pandesari Kecewa dengan Wacana Penyegelan Santerra De Laponte

0
Ketua Paguyuban Tukang Ojek Pandesari, Ach. Heri saat ditemui RRI di komplek kios stand parkir bawah Santerra, Senin (16/6/2025). (Foto: RRI Malang/Syamsuddin)

Liputanjatim.com – Wacana penyegelan destinasi wisata Florawisata Santerra De Laponte yang dimunculkan oleh DPRD Kabupaten Malang menuai penolakan keras dari para tukang ojek di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon.

Ketua Paguyuban Tukang Ojek Pandesari, Ach Heri, menyampaikan kekecewaannya terhadap rencana penyegelan tersebut. Ia menilai keberadaan Santerra selama ini menjadi tumpuan ekonomi utama bagi puluhan tukang ojek yang menggantungkan hidup dari aktivitas wisatawan di area tersebut.

“Kami sangat keberatan. Santerra telah membantu perekonomian kami. Dari 155 anggota paguyuban, 30 persen menggantungkan hidup dari mengojek di sekitar Santerra. Kalau disegel, habislah penghasilan kami,” ujarnya kepada Liputanjatim, Senin (16/06/2025).

Menurut Heri, dorongan penyegelan dari pihak dewan justru menyakiti hati para tukang ojek yang merupakan rakyat kecil. Ia menilai peran Santerra selama ini justru telah meringankan tugas pemerintah dalam mengurangi pengangguran.

“Kami ini rakyat kecil yang semestinya dibantu wakil rakyat, bukan justru dimatikan mata pencahariannya. Santerra malah meringankan tugas pemerintah mengentaskan pengangguran di sini,” tegasnya.

Ia menambahkan, para tukang ojek di Pandesari telah membentuk paguyuban resmi dan menjalankan sistem kerja secara tertib.

“Kami sudah tertib, tarif pun mengikuti kesepakatan dengan manajemen Santerra. Bukan seenaknya sendiri,” jelas Heri.

Lebih jauh, ia menyayangkan bahwa DPRD Kabupaten Malang seolah menutup mata terhadap besarnya manfaat ekonomi dari keberadaan Santerra bagi warga sekitar.

“Kami berharap Bupati Malang bisa lebih bijak. Jangan sampai rakyat kecil dikorbankan karena keputusan ini. Jika perlu, kami siap turun ke jalan bersama pedagang,” tegasnya.

Heri menyebutkan, pendapatan tukang ojek saat akhir pekan bisa mencapai Rp100.000 hingga Rp200.000 per orang per hari. Menurutnya, tak hanya tukang ojek yang merasakan manfaat kehadiran Santerra, namun juga pedagang, pelaku UMKM, tukang parkir, hingga pemilik lahan di sekitar kawasan wisata tersebut.

“Banyak sektor terangkat dan bangkit dengan adanya Florawisata Santerra De Laponte, mulai dari pedagang, UMKM, tukang parkir, hingga tukang ojek,” urainya.

Sebelumnya, sejumlah pedagang yang beraktivitas di sekitar Santerra juga telah menyuarakan penolakannya terhadap wacana penyegelan obyek wisata unggulan tersebut.

“Di balik keindahan bunga-bunga Santerra, tersimpan kecemasan para pencari nafkah yang berharap tempat ini tetap berdiri, demi sesuap nasi dan masa depan anak-anak mereka,” ujar Heri.

Ia pun berharap agar pemerintah daerah segera mengambil keputusan yang berpihak pada masyarakat kecil.

“Kami harap segera ada keputusan agar kami tidak cemas dalam mencari nafkah ini mas,” pungkasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini