BMKG Pasang Sensor Tanah di Situbondo Pascagempa, Ini Alasannya!

0

Liputanjatim.com – Tim Stasiun Geofisika Pasuruan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Timur memasang alat sensor seismograf di Desa Sumberwaru, Kecamatan Banyuputih, Situbondo, Jumat (26/9/2025).

Pemasangan dilakukan untuk meneliti faktor penyebab banyaknya rumah warga rusak setelah gempa bermagnitudo (M) 5,7 mengguncang wilayah itu pada Kamis (25/9/2025) sore.

Ahli Madya BMKG Stasiun Geofisika Pasuruan, Syawaldin Ridha mengatakan, alat tersebut digunakan untuk mengukur tingkat kerentanan tanah pascagempa.

“Data yang diperoleh akan membantu kami mengetahui apakah kerusakan rumah di desa ini disebabkan oleh kondisi tanah yang labil atau karena kualitas bangunan yang tidak memenuhi standar,” ujarnya dikutip dari Antara.

Desa Sumberwaru merupakan salah satu wilayah paling terdampak. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Situbondo, terdapat 60 rumah rusak di desa tersebut.

Selain itu, 16 rumah warga rusak di Desa Sumberanyar, 19 unit di Desa Wonorejo, serta 4 rumah di Desa Sumberejo. Jumlah seluruh rumah rusak mencapai 99 rumah dengan kategori ringan hingga berat.

Syawaldin menjelaskan, sensor akan dipasang secara bergilir di sejumlah desa lain yang juga terdampak gempa. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil awal dari pengukuran sekitar 2 jam.

“Setelah data terkumpul dan dibandingkan, BMKG akan menyimpulkan penyebab utama kerusakan, apakah akibat kuatnya guncangan, kondisi tanah, atau konstruksi bangunan yang tidak layak,” tambahnya.

Gempa Situbondo sempat tercatat bermagnitudo 5,7 sebelum diperbarui menjadi 5,4.

Episentrum gempa berada di laut, 18 kilometer tenggara Desa Sumberwaru, pada kedalaman 12 kilometer. BMKG memastikan gempa ini tidak menimbulkan ancaman tsunami.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini