Yoyok Mulyadi Turun Lapangan, Ribuan Petani Tebu Situbondo Menjerit Gula Tak Terjual

0

Liputanjatim.com – Ratusan petani tebu di Situbondo kini berada di ujung tanduk. Puluhan ribu ton gula hasil panen mereka lebih dari satu setengah bulan menumpuk di gudang pabrik tanpa pembeli. Akibatnya, para petani belum menerima pembayaran dan terancam gagal memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Melihat langsung krisis ini, Anggota Komisi D DPRD Jawa Timur Yoyok Mulyadi turun ke lapangan menemui para petani di Balai Pertemuan Pabrik Gula Asembagus, Sabtu siang (16/8/2025). Kehadiran politisi PKB ini, menjadi bukti bahwa ia memilih berdiri di sisi petani dibanding sekadar duduk di ruang paripurna DPRD.

“Meski hari ini ada agenda paripurna di DPRD Jatim, saya memilih hadir memenuhi undangan petani untuk berdiskusi mencari solusi,” kata Yoyok.

Yoyok mengungkapkan dua kabupaten do dapilnya Situbondo dan Bondowoso ada puluhan ribu ton gula yang belum laku terjual.

“Bayangkan, gula di Situbondo saja sudah 10 ribu ton belum laku terjual,” ujarnya.

Dalam pertemuan itu, disepakati langkah cepat, DPRD bersama perwakilan petani akan segera melayangkan surat resmi kepada Presiden Prabowo Subianto. Mereka menuntut pemerintah pusat turun tangan dan memerintahkan BUMN maupun pedagang besar menyerap gula dari pabrik-pabrik di Jawa Timur.

“Hari ini kami bersama petani sepakat bersurat kepada Presiden. Jika masalah ini tidak segera diselesaikan, dampaknya fatal: gudang pabrik penuh, petani tak bisa makan karena tak menerima pembayaran, dan ekonomi desa makin terpuruk,” tegas mantan Wakil Bupati Situbondo 2014–2019 itu.

Langkah Yoyok Mulyadi ini sekaligus menjadi alarm keras bagi pemerintah pusat. Sebab, krisis distribusi gula bukan hanya ancaman bagi industri, tetapi juga pukulan telak bagi ribuan keluarga petani di Situbondo yang menggantungkan hidupnya pada tebu.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) PG Asembagus, H. Anggi, menyebut lebih dari 360 petani terdampak langsung akibat macetnya distribusi gula. Menurutnya, sebagian besar petani kini terpaksa berutang ke bank untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.

“Sudah satu setengah bulan gula menumpuk di pabrik. Petani harus mencari dana talangan untuk makan dan biaya hidup. Ini sangat berat,” ujarnya dengan nada kesal.

Kondisi makin mengkhawatirkan setelah para petani bersama APTR dan anggota DPRD meninjau gudang penyimpanan gula di PG Asembagus yang nyaris penuh. Jika pemerintah pusat tak segera bergerak, petani mengancam akan menggelar aksi damai sebagai bentuk protes.

“Jika tidak ada langkah nyata dari pemerintah, kami siap turun aksi. Ini soal hidup dan mati petani,” tandas Anggi.

Krisis distribusi gula ini bukan lagi sekadar problem dagang, tetapi ancaman nyata terhadap kelangsungan hidup ribuan keluarga petani di Situbondo.

“Kami sudah sepakat, bila tidak ada solusi, kami akan turun ke jalan menggelar aksi damai, bahkan bisa menutup jalur Pantura dengan truk tebu,” tegas Anggi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini