
Liputanjatim.com – Perayaan Kenaikan Yesus Kristus yang diperingati umat Kristen setiap tahun tidak hanya mengenang momen Yesus terangkat ke surga. Lebih dari itu, peristiwa tersebut memiliki makna teologis yang dalam dan menyentuh inti iman Kristen, sebagai puncak karya penyelamatan dan awal misi gereja di dunia.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Majelis Pusat Sinode Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI), Pdt. Dr. Adi Sujaka, S.Th., M.Th., dalam wawancara dengan RRI Malang, Selasa (27/5/2025). Menurutnya, kenaikan Kristus merupakan bukti otoritas-Nya sebagai Juru Selamat sekaligus Raja atas seluruh alam semesta.
“Dalam iman Kristen, kenaikan Yesus adalah bukti bahwa Dia bukan hanya Juru Selamat, tetapi juga Raja atas seluruh alam semesta,” ujarnya.
Adi, yang juga menjabat sebagai Ketua Sekolah Teologi Alkitab Batu (STAB), menjelaskan bahwa para rasul mencatat Yesus kini duduk di sebelah kanan Allah. Posisi ini melambangkan kuasa dan otoritas-Nya atas segala sesuatu di langit dan di bumi.
Lebih dari sekadar pengangkatan ke surga, kata Adi, kenaikan Kristus juga menegaskan peran-Nya sebagai Imam Besar dan pengantara bagi umat manusia. “Yesus tidak meninggalkan umat-Nya begitu saja. Ia kini hadir sebagai pengantara yang hidup dan memahami penderitaan manusia,” jelasnya.
Yesus, menurutnya, naik ke surga dengan kemanusiaan kebangkitan-Nya, membawa pengalaman hidup sebagai manusia. “Ia pernah hidup, menderita, dan bergumul seperti kita. Karena itu, ketika kita berdoa, doa kita sampai kepada Allah melalui Dia yang sungguh-sungguh memahami kita,” tambahnya.
Adi juga menegaskan bahwa kenaikan Yesus menjadi dasar pengharapan kekal bagi orang percaya. Janji Kristus untuk “pergi menyediakan tempat” memberikan kepastian bahwa kelak umat-Nya akan bersama-Nya di surga.
“Dia adalah perintis dan pembuka jalan. Kenaikan-Nya menunjukkan bahwa surga adalah tujuan akhir bagi orang percaya,” tutur Gembala GPdI Dinoyo Malang itu.
Di sisi lain, peristiwa kenaikan juga menjadi momentum penting bagi gereja untuk melanjutkan misi Kristus. Menurut Adi, karya penyelamatan telah digenapi melalui salib, kebangkitan, dan kenaikan-Nya. Namun, tugas untuk memberitakan Injil kini dilanjutkan oleh gereja.
“Tugas gereja adalah melanjutkan misi Kristus, memberitakan Injil ke seluruh dunia. Tapi Yesus tidak membiarkan gereja berjalan sendiri. Ia mengutus Roh Kudus untuk memampukan kita menjalankan misi itu,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa makna kenaikan Kristus tidak bisa dipisahkan dari peristiwa Pentakosta, yaitu pengutusan Roh Kudus kepada para murid. Dari sanalah, menurut Adi, panggilan gereja untuk menjadi terang dan garam bagi dunia dimulai.
“Kenaikan Yesus bukan akhir cerita. Justru di sanalah panggilan gereja dimulai,” pungkasnya.