Golkar Pernah Gagal Jualan Orba, Kini Partai Berkarya Coba Keberuntungan

Liputanjatim.com – Beberapa partai politik yang ada di Indonesia masih belum bisa menemukan formula baru untuk meraih suara dalam pemilu baik untuk partai ataupun untuk Capres-Cawapres yang mereka dukung. Kebanyakan partai politik masih menjaul nama besar tokoh untuk meraih simpati masyarakat. Strategi atau cara-cara tersebut di era milenial ini tampaknya masih dilakukan, seperti yang dilakukan oleh Partai Berkarya. Partai yang dinahkodai oleh Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto tersebut “menjual” romantisme masa orde baru (orba) kepada masyarakat untuk medulang suara untuk Capres Prabowo-Sandi dan tentu untuk Partai Berkarya.

Jauh sebelum partai keluarga cendana jualan “masa orba”, terlebih dulu ada Partai Golkar menjual orba. Partai berpohon beringin ini membawa narasi foto Soeharto dengan tulisan “enak jaman ku toh” pada 2014 lalu. Narasi tersebut tidak membawa dampak kepada Golkar dan juga Capres yang diusungnya waktu itu, Prabowo-Hatta Rajasa. “Ringkas kata, isu orba itu sulit dijual,” ujar Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Djayadi Hanan.

Kegagalan Golkar menjual romantisme orba dan Soeharto tampaknya tidak dibaca oleh anak-anak Soeharto bersama partainya. Partai yang baru lolos verifikasi peserta pemilu 2019 itu  sudah sejak awal akan menjual romantisme Orba untuk memenangkan pemilu 2019.

Narasi romantisme orba itu kemudian semakin kuat saat Titiek Soeharto dan keluarga Cendana bergabung di Partai Berkarya. Titiek Soeharto kembali menyuarakan banyak hal baik di era kepemimpinan ayahnya, Presiden RI Kedua Soeharto.

Titiek mengatakan, Indonesia akan kembali seperti masa Orde Baru jika pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno menang Pilpres 2019. “Sudah cukup. Sudah saatnya Indonesia kembali seperti waktu era kepemimpinan Bapak Soeharto yang sukses dengan swasembada pangan, mendapatkan penghargaan internasional dan dikenal dunia,” ujar Titiek.

Menurut Djayadi, tak ada yang bisa dijual Partai Berkarya dari Soeharto dan Orba. “Apanya yang mau dijual?”.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here