Liputanjatim.com – Aparat kepolisian tengah menyelidiki perkara dugaan kekerasan yang dilakukan oleh pelatih tim futsal salah satu sekolah di Surabaya kepada pemain tim futsal lainnya ketika pertandingan berlangsung.
Kasi Humas Polrestabes Surabaya, AKP Rina Shanty Dewi Nainggolan, menyebutkan bahwa korban yang merupakan siswa SD kelas 5 telah melaporkan kasus dugaan kekerasan tersebut pada Minggu (28/4/2025).
“Laporannya tadi malam, pukul 22.30 WIB,” kata Rina, ketika dikonfirmasi, Senin (28/4/2025).
Diketahui, korban melaporkan kasusnya tersebut ke Unit Pelayanan dan Perlindungan Anak (PPA), dengan nomor laporan LP/B/389/IV/2025/SPKT/POLRESTABES SURABAYA/POLDA JAWA TIMUR.
“(Kasus dugaan kekerasan kepada anak) masih proses penyelidikan,” ujarnya.
Sementara itu, ayah korban, Bambang Sri Mahendra, membenarkan bahwa ia telah melaporkan pelatih tim futsal berinisial BAZ (33).
Sebab, menurutnya, terduga pelaku telah melukai anaknya, BAI (11).
“Laporannya, Pasal 80 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, kekerasan anak. Itu yang dipakai dasar sama penyidik untuk menjawab laporan kami,” ujar Bambang.
Saat ini, Bambang sendiri tengah mendampingi anaknya di Polrestabes Surabaya. Selain itu, dia juga menemani sejumlah saksi yang tengah dimintai keterangan.
“Kami diperiksa sebagai saksi dari pelapor sebagai orangtua korban, kemudian anak saya yang mengantar di lokasi kejadian juga diperiksa, baru dua. Termasuk adik (korban), tiga ini berarti,” jelasnya.
Sebelumnya, beredar video sekelompok anak mengenakan jersey hijau tampak mendatangi tenda biru.
Selanjutnya, mereka berselebrasi dengan telapak tangan di belakang telinga. Akan tetapi, seorang pria dengan kemeja dan bertopi warna hitam secara tiba-tiba berlari mendekatinya.
Lalu, dia dia membanting salah satu anak hingga terpental. Tak hanya itu, pria tersebut juga sempat menunjuk anak yang sudah tersungkur ke tanah.
Kemudian, dia terlihat didatangi dua wasit serta sejumlah orang lain hingga suasana memanas.
Pertandingan itu disebut berjalan normal dan tidak ada permainan kasar dari kedua tim, sampai akhirnya terjadi insiden itu. Sang anak disebut mengalami keretakan di tulang ekornya.