Tidak Terserap Pasar, Harga Komoditas Cabai Lesu di Jatim

Banyaknya pasokan cabai di Jatim menyebabkan harga cabai anjlok

Liputanjatim.com – Petani cabai mengalami kerugian yang signifikan dalam panen raya kali ini. Akibatnya, pasar tidak bisa menyerap dengan maksimal dan daya beli masyarakat yang menurun hingga 50 persen.

Wakil Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia – Jawa Timur, Nanang Triatmoko menyebut, penurunan daya beli masyarakat dikarenakan efek wabah pandemi Covid-19. Sehingga, panen raya di rentang Mei-Juni 2020 tidak terserap oleh pasar.

“Selain sudah masuk puncak panen, kondisi pandemi Covid-19 juga sangat menghantam petani cabai karena telah mengurangi daya beli masyarakat hingga 50 persen,” kata Nanang kepada wartawan, Jumat (5/6/2020).

Akibatnya, petani mengalami kerugian dan harga jualnya masih dibawah Break Ever Point (BEP). Hal ini disebabkan banyaknya pasokan cabai di Jatim dan menjadi penyebab harga turun drastis.

Lebih lanjut Nanang menjelaskan, BEP untuk harga cabai di pasar harusnya mencapai harga Rp 11.000/kg dan cabai rawit seharga Rp 13.000 – Rp 14.000/kg. Namun, gegara pasokan cabai yang membludak dan harga anjlok, harga cabai di pasaran hanya mencapai Rp 5000 – Rp 6000/kg dan harga cabai rawit Rp 7000/kg.

Adapun pasokan cabai yang terdistribusi ke seluruh Jawa Timur meliputi Surabaya, Porong, Kediri dan Malang rata-rata sebanyak 250 ton per hari.

Harga cabai yang anjlok tersebut, dinilai Nanang berdasarkan larangan pemerintah untuk melakukan kegiatan di luar rumah, pembatasan jam/hari bagi pedagang di pasar, dan penutupan sejumlah warung maupun hotel dan restoran yang tutup.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here