Liputanjatim.com – Pulau Bawean belakangan ini ramai diberitakan mengalami krisis sembako hingga harus mendapatkan bantuan logistik melalui KRI Surabaya yang difasilitasi Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Namun, Ketua Kaderisasi PC GP Ansor Bawean, Multazam, menilai pemberitaan tersebut tidak sesuai dengan kondisi nyata di lapangan.
“Secara pribadi, saya merasa tersinggung dengan narasi yang dibangun salah satu media seolah-olah Bawean sedang mengalami krisis pangan sehingga membutuhkan bantuan dari para relawan. Faktanya, yang terjadi di Bawean hanyalah lonjakan harga akibat permintaan pasar meningkat dan stok barang menipis menjelang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW,” tegas Multazam, Sabtu (6/9/2025).
Pria asal Desa Sawahmulya ini bahwa kondisi pertanian dan perikanan di Bawean masih berjalan normal. Sektor pertanian di Bawean masih berjalan baik, sawah tetap produktif, ladang subur, dan hasil laut tetap melimpah. Karena itu, menurutnya, tidak tepat jika Bawean digambarkan sebagai daerah dengan krisis pangan.
Lebih lanjut, Multazam menekankan bahwa kedatangan bupati maupun gubernur ke Bawean tidak otomatis menyelesaikan persoalan utama masyarakat. Menurutnya, masalah mendasar yang selalu berulang adalah akses transportasi laut saat musim gelombang tinggi.
Ia menegaskan bahwa solusi yang dibutuhkan bukan sekadar bantuan sembako. “Ini yang seharusnya menjadi konsentrasi serius pemerintah, bagaimana memberikan layanan sistem transportasi laut yang aman dan berkelanjutan bagi masyarakat Bawean. Bagi-bagi paket sembako dan pasar murah bukanlah solusi atas problem transportasi laut yang kami hadapi,” jelasnya.
Multazam pun mempertanyakan keseriusan pemerintah pusat dalam menyikapi masalah tersebut. “Apakah perlu nunggu Presiden turun ke Bawean untuk menyelesaikan persoalan transportasi laut yang setiap tahun pasti menghadapi gelombang tinggi,” tambahnya.
Sebagai informasi, sejak 1 September 2025 akses pelayaran menuju Bawean sempat terhenti karena cuaca buruk. Sementara itu, kapal Roro KMP Gili Iyang belum kembali beroperasi pasca insiden pada 14 Agustus lalu. Kondisi ini memicu kenaikan harga sejumlah bahan pokok di pasaran.