Menyapa Pedagang Tradisional, Anton: Pasar Tradisional, Kunci Penggerak Ekonomi Rakyat

Abah Anton bersama Para Pedagan Pasar Tradisional. (red)

Liputanjatim.com, Kota Malang – Tahapan kampanye Pemilihan Walikota (Pilwali) Malang 2018, pasangan calon (paslon) ASIK (Anton – Syamsul Mahmud) kembali blusukan ke beberapa pasar tradisional, kali ini di wilayah Kecamatan Klojen Kota Malang.

Ada beberapa pasar yang dikunjungi, oleh paslon yang mengusung jargon MALANG APIK (AGAMIS, PROGRESIF, INSKLUSIF, KREATIF) itu, diawali dengan mengujungi Pasar Oro-oro Dowo di Klojen, Kota Malang keduanya kemudian beranjak menuju pasar rakyat Bareng di Bilangan Ijen Boulevard, Pasar mergan hingga Pasar Besar Malang (PBM). (17/02/2018)

Dalam kesempatan ini, Calon Walikota Malang, Mochammad Anton menekankan, pentingnya pasar tradisional sebagai penggerak ekonomi kerakyatan.

“Pasar tradisional harus kita pertahankan. Sudah dibuktikan. Setelah pasar Oro-oro Dowo di revitalisasi, menjadi representatif dan ramah bagi pengunjung. Sekarang disana banyak dijadikan studi banding oleh Sekolah-sekolah. Juga dari unsur pemerintahan daerah-daerah lain,” ujarnya.

Selain pasar Oro-oro Dowo, Pasar Bareng juga telah direvitalisasi tahun lalu. Kini pasar di Bilangan Terusan Ijen tersebut, menjadi pasar wisata belanja oleh-oleh khas Malang. Selain pedagang yang menempati lantai satu dan dua, para PKL di sekitar pasar diberi tempat khusus di lantai tiga yang sekaligus menjadi wadah UKM khas Kota Malang.

Melihat keberhasilan revitalisasi Pasar Oro-Oro Dowo dan Pasar Bareng, di periode pertama ia menjabat sebagai Walikota Malang 2013-2018 lalu, membuat Abah Anton percaya diri dapat kembali ‘menghidupkan’ pasar-pasar tradisional.

Dengan kondisi pasar tradisional yang makin representatif, nyatanya mampu menarik minat masyarakat untuk belanja ke pasar. Data dari Dinas Perdagangan Kota Malang,  Pasar Oro-Oro Dowo sendiri dikunjungi sekitar  3 ribu hingga 7 ribu pengunjung.

Menurut Anton, di tahun anggaran 2018 ini, akan ada sekitar 20 pasar yang akan dilakukan perbaikan serta revitalisasi.

“Pada intinya akan dibangun dengan konsep yang hampir sama dengan Pasar Oro-oro Dowo. Tradisional tetapi dalamnya modern dan lebih bersih,” bebernya.

Tak salah memang jika pasar oro-oro dowo, layak dijadikan percontohan bagi pasar-pasar lain, apalagi di awal Febuari 2018, Pasar Oro-oro Dowo Kota Malang, menerima sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) 8152:2015 tersebut diberikan melalui Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (Ditjen PKTN).

Bahkan, Pasar Oro-oro Dowo menjadi satu-satunya pasar di Jawa Timur yang mendapatkan sertifikasi SNI dari enam pasar se-Indonesia lainnya. Lima pasar lainnya adalahi Pasar Imogiri Kabupaten Bantul, Pasar Agung Kota Denpasar, Pasar Manis Banyumas, Pasar Gunung Sadi Kota Cirebon dan Pasar Tanggul Kota Surakarta.

Ada beberapa syarat penilaian yang cukup ketat untuk memdapatkan sertifikasi SNI, yakni persyaratan teknis seperti ukuran luas ruang dagang, area parkir yang memadai, zonasi, area bongkar muat barang, toilet, serta ruang menyusui. [BNY]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here