Ekspor-Impor Memburuk, Neraca Perdagangan Di Jatim Defisit

Jatim sedang mengalami defisit neraca perdagangan

Liputanjatim.com – Selama semester I 2020, neraca perdagangan Jawa Timur mengalami defisit sebesar USD 385 juta. Angka ini menurun tajam jika dibandingakan pada semester I 2019 yang mengalami defisit sebesar USD 1, 475 miliar.

Defisit neraca perdaganan pada semester I 2020 disebabkan oleh selisih perdagangan ekspor-impor di sektor non migas yang surplus sebesar USD 1,023 miliar. Akan tetapi selisih perdagangan ekspor-impor di sektor migas justru mengalami defisit sebesar USD 1,40 miliar.

Pada semester I 2020, impor jatim sebesar USD 10,03 miliar. Angka itu turun sebesar 11, 98 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019, yakni sebesar USD 11,39 miliar. Sementara ekspor, pada semester I 2020 sebesar USD 9,64 miliar. Angka itu turun 2,77 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 9,92 miliar.

Pada bulan Juni 2020 ini, neraca perdagangan Jatim defisit sebesar USD 138,30 juta. Menurut Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Satrio Wibowo mengatakan, defisit ini disebabkan karena adanya selisih nilai perdagangan yang negatif, baik pada sektor migas maupun sektor non migas. Selisih nilai perdagangan pada sektor non migas adalah defisit sebesar USD 43,54 juta.

“Sedangkan pada sektor migas mengalami defisit sebesar USD 94,76 juta,” kata Wibowo dalam pers rilisnya, Kamis (16/7/2020).

Secara kumulatif Januari-Juni 2020, komoditas bahan bakar motor, tanpa timbal dari RON lainnya tidak dicampur, menjadi komoditas impor yang dominan dengan kontribusi 5,61 persen atau setara USD 562,89 juta.

Disusul oleh komoditas hasil dari ekstraksi minyak kacang kedelai lainnya dengan kontribusi 4,26 persen atau setara USD 426,92 juta. Berikutnya adalah komoditas kondensat dengan kontribusi 3, 80 persen atau setara USD 381,14 juta.

Sedangkan untuk ekspor selama semester I 2020, emas dalam bentuk bongkah, ingot atau batang tuangan yang berkontribusi 11,94 persen atau setara USD 1,15 miliar.

Disusul komoditas tembaga dimurnikan berupa katoda dan bagian dari katoda dengan kontribusi 6,30 persen atau sebesar USD 607,45 juta. Selanjutnya komoditas sisa dan skrap dari logam mulia lainnya dengan peranan sebesar 5,19 persen atau dengan nilai sebesar USD 500,69 juta.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here