Meriahkan Tahun Baru Islam 1439 H, MWC NU Cermee Gelar Dialog Interaktif

Bondowoso, liputanjatim.com – Menyambut peringatan Tahun Baru Islam 1439 Hijiyah, MWC NU Kecamatan Cermee Bondowoso Jawa Timur, menggelar pertemuan dengan silaturrahim bersama Takmir Masjid, Pengelola Pendidikan dan guru ngaji di lingkungan NU yang dikemas dengan dialog interaktif, Kamis (21/9/2017).

Hadir pada kesempatan itu, Rois Syuriyah PC NU Bondowoso, KH Asy’ari Pasha, Ketua PC NU Bondowoso, KH Abdul Qodir Syam, Pengasuh PP Darul Falah Ramban Kulon Cermee KH Mahfud Ahmadi Syam, Ketua DPRD Bondowoso, H. Ahmad Dhafir, anggota DPRD Bondowoso H. Supriadi dan H. Sutriyono serta Muspincam Cermee.

Ketua MWC NU Cermee Faidul Mannan mengatakan bahwa kegiatan seperti ini rutin dilakukan MWC NU Cermee setiap tahun sejak tahun 2005. Dia berharap, silaturrahim ini memiliki manfaatnya yang besar bagi NU.

“Rangkaian kegiatan ini dimulai dengan pawai ta’aruf yang diikuti 67 lembaga dari TK hingga Aliyah dilingkungan NU sejak tahun 2005. Ini bukan kegiatan yang bernuasa politik karena mengundang anggota legislatif. Melainkan hanya ingin mempererat tali silaturrahim lintas elemen yang ada di Bondowoso ini, khususnya di Kecamatan Cermee,” ungkap Mannan dalam sambutannya.

Usai sambutan Ketua MWC NU Cermee acara kemudian dilanjutkan dengan dialog interaktif dengan nara sumber Ketua DPRD dan Ketua PC NU Bondowoso yang dimederatori oleh H. Sutriyono.

Dalam pemamaparannya, KH Abdul Qodir mengulas soal full day school. Menurutnya, full day school itu bisa menjauhkan anak didik dalam mengenal agamanya.

Sebab, menurutnya, pelajaran agama banyak diberikan di madrasah diniyah dan mushola yang diasuh guru ngaji.

“Bayangkan, dengan durasi waktu yang begitu panjang di sekolah. Kapan anak kita akan belajar agama,” ucapnya.

Nah, setelah banyak yang menolak full day school, akhirnya ada keputusan presiden tentang pendidikan karakter yang menganulir kebijakan full day school itu.

“Dengan adanya kepres itu, Madin kembali ke fungsi awal, yaitu salah satunya sebagai fondasi pendidikan karakter,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua DPRD Bondowoso H. Ahmad Dhafir dalam paparannya menjelaskan tentang bagaimana DPRD Bondowoso membuat kebijakan dalam upaya memperkuat aswaja dengan payung hukum yang jelas.

Selain itu, Dhafir juga melakukan road show ke desa desa dalam upaya mensinergikan antara pemerintah desa dengan elemen NU di tingkat desa.

“4 atau 5 tahun yang lalu saya pernah berujar ingin meng-NU-kan para kepala desa. Bukan karena mereka tidak NU. Mereka NU. Yang saya maksud adalah kebijakannnya yang berpihak pada NU dan perilakunya juga perilaku NU,” tutur Dhafir.

Dhafir ingin, Kabupaten Bondowoso seperti sabda nabi Muhammad bahwa dua golongan di masyarakat, manakala dua golongan ini baik maka akan baik semuanya. Jika jelek maka akan jelek. Dua golongan tersebut yaitu Ulama dan umara’.

“Ulama dan Umara’ (pemerintah) memiliik tugas dan fungsi masing masing yaitu amar ma’ruf dan nahi munkar. Tugas ini harus sinergi antara keduanya,” paparnya.

Dan menurut Dhafir, tugasnya dalam mensinergikan pemerintah desa dengan ulama cukup berhasil.

“Alhamdulillah, hampir semua kades bisa melaksanakan kegiatan bersholawat di balai desanya,” tukasnya.(gb)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here