Geger Soal Yel-Yel Pramuka “Islam Yes, Kafir No”, Fraksi PKB Jatim Minta Stakeholder Pendidikan Awasi Sekolah

Ketua Fraksi PKB DPRD Jawa Timur Fauzan Fuadi

liputanjatim.com – Viral dan bikin geger dunia maya terkait yel-yel pramuka “islam yes kafir no” yang diajarkan oleh pembina Pramuka di Yogyakarta kepada peseta didik golongan siaga saat mengikuti kursus Mahir Lanjut (KML) Kwarcab Kota Yogyakarta di SD Negeri Timuran Kota Yogyakarta. Video viral tersebut tersebar melalui group-group whatsaap dan membuat orang tua dari wali murid khawatir. Karena anaknya yang masih SD tersebut sudah disuguhi dengan hal-hal bernada kebencian antar agama.


Peristiwa itu kemudian mendapat perhatian Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB) Jawa Timur. Ketua F-PKB Jatim Fauzan Fuadi mengatakan bahwa kejadian tersebut tentu sangat disayangkan terjadi di lembaga pendidikan, utamanya di tingkat SD. Karena usia SD, merupakan waktu untuk belajar budi pengerti dan kasih sayang antar sesama, bukan pembelajaran kebencian.


“Yel-yel yang terdengar tersebut mengajarkan kebencian, tentu itu tidak dibenarkan dengan alasan apapun,” ungkap Fauzan, Selasa (14/1/2020).


Politisi PKB Jawa Timur itu kemudian mengajak stakeholder pendidikan, mulai dari dinas pendidikan, LSM pendidikan, KPAI, komite sekolah dan juga yayasan pendidikan untuk turut serta mengawasi jalannya proses belajar mengajar di sekolah. Ia tidak ingin lembaga pendidikan di setiap tingkatan sekolah di Jawa Timur kecolongan dengan masuknya ajaran yang bernada SARA seperti yang terjadi di Yogyakarta.


“Kita sangat tidak ingin kecolongan, kejadian di Yogyakarta itu terjadi di Jawa Timur. Kita harus benar-benar memonitor lembaga pendidikan kita,” ujarnya.


Fauzan bahkan curiga yel yel islam yes kafir no tersebut merupakan gerakan politik terstruktur yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang menginginkan berdirinya khilafah di Indonesia. Yel-yel tersebut bisa juga disebut sebagai proses doktrinasi sejak dini yang dilakukan dengan sengaja oleh kelompok ekstrimis terhadap anak didik Indonesia.


“Sehingga targetnya adalah 10-15 tahun kedepan, anak didik yang sudah terdoktrin tersebut bisa dengan mudah untuk diajak masuk dalam golongan meraka dan hal itu sangat kita khawatirkan,” katanya.


Sebab itu, ia meminta dinas pendidikan disetiap tingkatan, baik provinsi ataupun dinas pendidikan kabupatan/kota untuk melakukan pengawasan. Terlebih lagi, organisasi yang dilarang pemerintah seperti HTI sudah bertransformasi menjadi Komunitas Royatul Islam (Karim). komunitas tersebut sudah masuk kesekolah-sekolah tingkat SMA, melalui ekstrakurikuler yang digemari oleh siswa dengan menanamkan ideologi khilafah dan simbol-simbil hizbut tahrir.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here